Laporan Amnesty International mengatakan Pegasus digunakan untuk mensasarkan puluhan ribu telefon bimbit peribadi untuk mengintip. Ini membuat bos WhatsApp Will Cathcart bersuara.
NSO Group, pembuat Pegasus, sudah tentu menolak tuduhan ini. Mereka menegaskan bahawa Pegasus hanya digunakan untuk penegakan hukum, dan juga untuk membasmi keganasan.
Tetapi Cathcart mengesahkan bahawa terdapat persamaan antara serangan terhadap pengguna WhatsApp pada tahun 2019 - yang kemudian mencetuskan tuntutan WhatsApp terhadap NSO - dan laporan yang menyebut puluhan ribu nombor telefon yang disasarkan oleh Pegasus, termasuk Presiden Perancis Emanuel Macron.
Selain itu, ada juga nomor telepon milik menteri, diplomat, aktivis, wartawan, aktivis hak asasi manusia, dan pengacara.
"Laporan itu sesuai dengan apa yang kami lihat dalam serangan yang kami hadapi dua tahun lalu, sangat sesuai dengan apa yang kami katakan pada masa itu," kata Cathcart dalam wawancara dengan Guardian.
"Ini harus menjadi peringatan untuk keselamatan di internet. Telefon bimbit boleh selamat untuk semua orang atau mungkin tidak selamat untuk semua," tambah Cathcart.
NSO juga membantah tuduhan tersebut, baik mengenai penggodaman dan senarai sasaran penggodaman. Mereka menyebutnya tidak berasas, dan daftarnya terlalu besar untuk mewakili individu yang menjadi sasaran Pegasus.
Mereka juga 'menyerang' Cathcart dengan menanyakan apakah dia ada solusi alternatif untuk penyulitan yang digunakan oleh pedofil, pengganas, dan penjahat, yang sebenarnya - menurut NSO - adalah sasaran Pegasus.
Namun, menurut Cathcart, daftar itu tidak keterlaluan kerana WhatsApp mencatatkan serangan Pegasus ke atas 1.400 pengguna hanya dalam dua minggu, yang berlaku pada tahun 2019.
"Ini menunjukkan bahawa dalam jangka waktu yang lebih lama, misalnya dalam jangka waktu beberapa tahun, jumlah orang yang diserang dapat sangat besar. Itulah sebabnya kami merasa perlu meningkatkan kesadaran mengenai hal ini," kata Cathcart.
